Keunikan, Sejarah, dan Filosofi dari Rumah Adat Sumba

Indonesia memang kaya akan budaya dan sejarahnya. Selain itu setiap daerah di Indonesia juga memiliki rumah adat yang cenderung berbeda-beda. Seperti di Sumba, rumah adatnya memiliki keunikan tersendiri dan terlihat dari bentuk atapnya yang menjulang tinggi. Bahkan bagian atap dari rumah adat Sumba sendiri biasa di sebut dengan menara.

Nah membahas tentang rumah adat Sumba, pada artikel kali ini kita akan menjelaskan secara singkat mengenai sejarah dan filosofi keindahan rumah adat Sumba. Berikut adalah ulasannya !

Sejarah dan filosofi rumah adat Sumba

Berawal dari kampung Prai Ijing yang di bangun berdasarkan kepercayaan masyarakat Sumba itu sendiri yakni Ma yang berarti Yang, dan Rapu artinya Jiwa yang sudah pergi. Masyarakat daerah Sumba memang biasa berkomunikasi dengan Tuhan melalui roh leluhur yang sudah tidak ada. Mereka menganggap bahwa arwah leluhur memiliki kedekatan dengan Tuhan. Oleh karena itu tidak heran jika masyarakat Sumba melakukan berbagai persembahyangan terutama di rumah adatnya.

Selain itu pada bagian depan rumah tradisional Sumba, biasanya terdapat kubur tempat persemayaman dari anggota keluarga yang sudah meninggal. Di mana setiap orang yang meninggal akan di kuburkan sesuai dengan kabisu atau klan mereka masing-masing.

Berdasarkan bentuknya, Rumah Adat Sumba di bagi menjadi 3 bagian, yakni menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah.

Menara menjadi yang paling tinggi adalah simbol bagi para arwah yang memiliki kedudukan tinggi. Kemudian pada bangunan tuama menjadi tempat tinggal bagi pemilik rumah. Sedangkan pada bagian bawah rumah menjadi tempat penyimpanan hewan ternak sekaligus simbol roh jahat. Pada bagian depan rumah biasanya di gantungkan tulang babi dan tanduk kerbau sebagai tanda status sosial dari pemilik rumah.

Selain itu masyarakat NTT khususnya Sumba mempercayai bahwa semakin banyak keluarga melakukan pemotongan hewan, maka semakin tinggi juga status sosialnya.

Struktur Bangunan Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba di sebut dengan nama Uma Bokulu, namun selain itu, rumah adat ini juga sering di sebut dengan Uma Mbatangu. Di mana artinya adalah rumah menara. Ketinggiannya sendiri bisa mencapai 30 meter. Selain itu tidak ada ketentuan arah mata angin untuk membangunnya. Sehingga pemilik bebas memilih untuk menghadapkan rumah kearah mana.

Hanya saja ada ketentuan untuk membangun rumah adat Sumba yakni di bangun mengelilingi kubur batu peninggalan zaman megalitikum. Setiap rumah juga harus di bagi menjadi 3 bagian yakni menara, bangunan utama, dan bagian bawah.

Setidaknya harus ada 3 tingkatan dalam membuat rumah tradisional Sumba. Yang pertama atau tingkat paling bawah di sebut dengan Sari Kabungah untuk menyimpan hewan ternak. Kemudian bagian tengah yang menjadi tempat tinggal manusia akan di beri perapian pada bagian tengahnya. Lalu bagian menara atau bagian paling tinggi di rumah sering di sebut dengan Madalo. Menjadi tempat penyimpanan bahan makanan dan juga pusaka. Selain itu bagian paling tinggi juga sering digunakan sebagai simbol pemujaan untuk Tuhan. Oleh karena itu sering kali terdapat 2 tanduk di bagian atas yang tidak lain adalah simbol dari laki-laki dan perempuan.

Nah itulah beberapa penjelasan mengenai sejarah dan filosofi dari rumah adat Sumba yang terkenal dengan keunikannya.

Baca Juga ;

***