Gourmetamigurumi.com – Marga Manado tertinggi atau Minahasa, biasa merujuk kepada nama keluarga yang dipakai pada bagian belakang nama depan masyarakat di Manado. Di Indonesia bagian Timur, nama marga lebih di kenal sebagai “ Fam “. Yang mana sudah menunjukkan pengaruh dari bahasa Belanda, yakni “ familienaam “ dengan makna “ Nama Keluarga “. Untuk lebih jelasnya lagi, mimin coba bahas seperti apa marga atau fam yang terdapat di Manado.
Marga Minahasa atau Marga Manado Tertinggi
Marga Manado atau Minahasa sudah di ambil langsung dari nama keluarga. Yang mana digunakannya oleh kepala rumah tangga ( orang tua lelaki ). Dengan begitu, umumnya nama anak dari sebuah keluarga akan langsung di tambahkan nama keluarga dari sang ayah di belakang nama depan sang anak. Jika seorang perempuan yang menikah, maka nama keluarga dari pihak suami harus di sisipkan tepat di antara nama depan juga nama keluarga asli perempuan.
Praktik ini telah menunjukkan adanya pengaruh budaya dari negara Spanyol dan Portugis, yang masih tersisa di kota Minahasa atau Manado. Nantinya, keluarga tersebut akan memakai kedua marga sebagai nama resmi dalam hidupnya. Jadi, ketika ada seorang laki-laki dengan marga “ Assa “ menikahi seorang peremuan dengan marga “ Damongilala “. Maka, keluarga ini di sebut sebagai keluarga “ Assa – Damongilala “. Walaupun, nantinya sang anak hanya memakai nama Assa saja sebagai marga pokoknya.
Makna Fam atau Marga Bagi Orang Manado
Bagi orang Minahasa, fam sangatlah di junjung tinggi. Namun sayangnya, saat ini masih banyak generasi yang tak mengerti asal usul fam di daerahnya. Bahkan, fam sendiri kadang kala tidak mengetahui artinya. Fam yang di pakai turun temurun saat ini berasal dari nama nenek moyang orang Minahasa. Biasanya, nama tersebut sudah mencerminkan adanya pekerjaan, sifat, tempat tinggal, hingga usaha dari pemilik atas nama pertamanya itu. Berikut ini, ada rangkuman oleh seorang Sosiolog asal Manado, FS Watuseke yang di lansir langsung dari tulenanpangalila.blogspot.
Mengenal Lebih Jauh Marga atau Fam Minahasa
Dalam bahasa Minahasa yang sehari-hari di pakai ( dalam bahasa Melayu Manado “ nama keluarga di kenal dengan sebutan Fam. Di mana, kata ini sebenarnya sudah berasal dari bahasa Belanda Van, yang kemudian melalui banyak proses hingga menjadi Fam. Penggunaan dari bahasa ini sudah di lakukan sejak awal abad ke 19 di negara Belanda. Kala itu, rakyatnya diwajibkan memiliki Fam. Sebelumnya memang telah memiliki Fam, namun belum secara menyeluruh.
Demikian juga yang berlangsung di Minahasa kurang lebih pad abad 19. Sebelumnya, memang sudah ada yang memakainya tapi belum secara menyeluruh. Sama halnya dengan Bastian Saway, yakni Fam ini sudah ada sejak akhir abad ke 17. Pedro Ranty sudah ada di abad ke 18 dan awal abad ke 19, mulai terdapat nama Fam “ Matinus Dotulong “. Sampai akhir abad ke 18, mulai muncul Hendrik Dotulong, Frederik Lumingkewas, Abraham Lotulong dan lainnya.
Di tahun 1831, mulailah Minahasa dengan 2 orang penginjil Protestan JF Riedel dan JF Schwarz di Langowan. Mereka sebagai penginjil sudah mengabarkan adanya injil sekaligus membaptis anggota baru yang masuk kristen. Kala itu, setiap orang di permandikan mendapat sebuah nama Alkitab atau nama Eropa. Layaknya : Daniel, Jan, Piet, Frans dan lain-lainnya. Pada saat pembaptisan orang sudah di beri sebuah nama Fam, yakni nama keluarga.
Biasanya, nama ini akan di pakai dari nama ayah dan di susul dengan nama baptis atau Fam. Di samping itu, nama ayah juga di ambil langsung dari nama nenek sang pria. Nah, biasanya nama ayah ini adalah nama asli dari Minahasa seperti : Watuseke, Sarapung, Korengkeng, Turang, Sondakh dan lainnya. Nama baptis ini, di jadikan nama panggilan yang di ambil langsung dari nama-nama Alkitab atau negeri Eropa barat terutama Belanda. Karena itulah, setiap orang Minahasa memiliki panggilan atau nama sehari-hari dari Alkitab juga Belanda.
Komentar Terbaru