Kesenian Reog Ponorogo memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Banyak orang memercayai, ada unsur magis dalam tarian tradisonal asal Ponorogo, Jawa Timur itu. Sama seperti kebanyakan seni tradisional dari berbagai daerah, kesenian ini juga tak lepas dari berbagai cerita dan mitos masa lampau.
Kesenian rakyat ini telah tercatat dalam prasasti Kerajaan Kanjuruhan (kini Malang, Jawa Timur) bertarih 760 Masehi saat Gajayana berkuasa. Lalu terekam juga dalam salah satu prasasti Kerajaan Kediri dan Jenggala tahun 1045 Masehi.
Sebagai layaknya sebuah pertunjukan, reog dapat dapat kita lihat aspek-aspek keindahannya. Penilaian tersebut dapat memaknainya dalam kesatuan dan harmoni antara musik, tari, dan kontras peran para tokohnya.
Ada beberapa fakta menarik tentang kesenian yang satu ini yaitu:
Sudah Go Internasional
Kesenian Reog Ponorogo tidak hanya tampil di Ponorogo ataupun di Indonesia saja. Saat ini kesenian ini sudah sampai ke mancanegara. Reog juga terkenal di banyak negara. Penonton sangat kagum saat melihat penampilan Reog Ponorogo di Los Angeles, London, Spanyol, Rusia, Venezuela dan Suriname.
Badannya Yang Besar Dan Berat
Reog mempunyai badan yang sangat besar. Bahkan berat reog bisa mencapai 50 kg. Menariknya, pemain reog hanya menggunakan gigi untuk mengangkat kepala singa bermahkota bulu burung merak. Tak hanya itu, terkadang akan ada penari jathil atau orang lain yang menaiki kepala reog, sehingga beratnya sampai 100 kg. Maka dari itu banyak mitos magis tentang orang yang mampu mengangkat beban hingga puluhan bahkan ratusan kilogram karena ada seseatu yang merasukinya.
Singo Barong, Sebagai Ikon
Singo Barong adalah tokoh dan penari berkepala macan dengan hiasan merak dan paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagian topengnya antara lain; kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan yang menggunakan kulit macan gembong atau harimau jawa.
Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik. Krakap terbuat dari kain beledu warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesori dan tempat menuliskan identitas grup Reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
Jathil, Prajurit Berkuda Wanita
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda. Tarian ini awalnya menggunakan penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda menjadi tontonan menarik dengan ekspresi atau semangat sang penari.
Jathil pada mulanya ditarikan oleh gemblak, laki-laki yang halus, berparas tampan atau mirip dengan wanita yang cantik. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan Pekan Raya Jakarta, penari jatilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminim.
Tokoh Raja Yang Sakti
Klono Sewandono atau Raja Klono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Pecut Samandiman. Pusaka tersebut berguna untuk melindunginya. Kegagahan sang Raja terlihat dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa.
Dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari ciptaannya untuk menuruti permintaan Putri yakni kekasihnya. Karena Sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tariannya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
Ada 3 Versi Cerita
Yang menarik adalah ada 3 versi cerita dari reog. Akan tetapi semuanya memiliki tokoh yang sama hanya jalan ceritanya sedikit berbeda. Meski begitu tidak mengurangi menariknya dan esesi dari kesenian Reog Ponorogo ini.
Komentar Terbaru